Kamis, 26 Januari 2017

Hasna dan Cerita tentang Keberanian


Bismillah….

Di hari kedua tantangan 10 hari komunikasi produktif ini, saya memakai salah satu ‘jurus’ saya dalam mengkomunikasikan sesuatu kepada anak saya, yaitu bercerita. Ya, bercerita (read aloud) adalah salah satu metode andalan saya ketika saya ingin menyampaikan pesan yang lumayan ‘berat’ kepada anak saya, hehehe.

Jadi ceritanya, 2 hari yang lalu saya, anak-anak dan ibu saya berkunjung ke rumah tetangga. Tetangga saya ini mempunyai seorang cucu laki-laki, berusia hampir 5 tahun, yang suka iseng. Anak saya, Hasna, kadang terkena keisengannya.

Pada waktu kami berkunjung, keisengan anak itu sedang kambuh. Ketika semua orang dewasa sedang  lengah, anak itu mendekati Hasna dan tiba-tiba memukul kepalanya. Selang beberapa saat kemudian dia juga memukul punggung Hasna. Sebagai tamu, saya dan ibu saya tidak bisa berbuat apa-apa, walaupun gemas sekali. Kami hanya bisa menenangkan Hasna dan menjaganya agar tidak kena pukul lagi. Saya minta dia memaafkan temannya itu.

Sesampainya di rumah, karena tetiba saya sibuk mengurus keperluan sore hari Hasna dan adiknya, masalah ini lupa saya bicarakan dengan Hasna. Sampai kemarin, saya baru ingat bahwa ada masalah yang belum dibicarakan berdua.

Pukul 11.00 siang kemarin, saya menemukan waktu yang tepat untuk mendiskusikan masalah ini dengan Hasna. Setelah anak-anak selesai makan cemilan dan perutnya kenyang, saya menawarkan untuk membaca cerita dari sebuah buku untuk mereka. Hasna menerima usulan saya dengan antusias, sedangkan adiknya, Khaira (1y5m) baru bisa ikut-ikutan senang saja, hehehe. Tapi Hasna ingin nambah cemilan,jadi saya izinkan dia untuk mendengarkan sambil makan.

Buku yang saya bacakan berjudul Akhlakku Akhlak Al-Quran yang disusun oleh Syarifah Levi dan diterbitkan oleh Maghfirah Pustaka. Buku ini berisi beberapa cerita di dalamnya dan salah satu ceritanya ada yang berjudul ‘Berani’. Aah inilah yang saya perlukan untuk memberi pemahaman kepada Hasna terhadap masalah yang kami hadapi 2 hari yang lalu, pikir saya.

Pertama saya minta anak-anak untuk duduk melingkar lalu saya simpan bukunya di lantai agar anak-anak bisa melihatnya juga dengan jelas. Adek yang masih belum mengerti, ikut mendengarkan cerita walaupun sambil berdiri dan bermain.

Lalu saya mulai membacakan cerita dalam buku tersebut. Secara singkat, buku tersebut bercerita bahwa “Allah sayang kepada anak-anak yang kuat dan berani. Apalagi kepada anak-anak yang berani membela kebenaran dan agama Allah”. Selain itu, ada juga cerita tentang Umair yang ikut berperang bersama Rasulullah walaupun masih kanak-kanak.

Setelah selesai bercerita, saya berdiskusi dengan Hasna:
Saya (S) : Nah, ternyata anak yang pemberani itu disayang Allah lho Mbak (panggilan Hasna)
Hasna (H) : Hasna juga berani, Mbu.
S : Iya, Hasna anak yang berani. Tapi Hasna inget waktu di rumah Nenek Ipin, apa yang terjadi?
H : Inget Mbu, Hasna dipukul Aa.
S : Bagian mana yang dipukul?
H : Kepala sama sini (menunjuk punggung).  
S : Gimana rasanya dipukul?
H : Sakit Mbu.
S : Jadi boleh nggak pukul orang lain tanpa alasan?
H : Nggak boleh Mbu, soalnya sakit.
S : Iya. Nah, waktu itu gimana perasaan Mbak?
H : Takut.
S : Iya, takut ya. Lain kali Mbak sebaiknya gimana kalau dinakalin temen lagi?
H : Hasna harus berani.
S : Iya, caranya gimana?
H : (Diam)
S : Kalau Hasna dipukul, sekali, Hasna bisa bilang kalo Hasna nggak suka dipukul. Dipukul lagi yang kedua kali, Hasna bisa bilang jangan pukul! Hasna nggak suka dipukul! Kalo masih dipukul untuk yang ketiga kali, kalo Hasna berani, Hasna bisa lawan, kalo nggak berani Hasna bisa bilang ke Ambu. Hasna ngerti?
H : Iya Mbu.

Beginilah situasi saat saya berdialog dengan Hasna. Saya lebih banyak memancing dengan pertanyaan dan memberikan waktu kepada Hasna untuk menjawabnya. Kontak mata selama dialog selalu saya jaga, untuk memastikan agar fokusnya tetap terjaga selama berdialog. Maka durasi waktu yang kami gunakan biasanya tidak lama, paling lama sekitar 4 menit. Karena berdasarkan teori, masa fokus anak itu hanya 1 menit dikali usianya. Jadi untuk Hasna, masa dia bisa fokus, anteng dan duduk manis hanya sekitar 3 menit.

Malamnya, sebelum bersiap tidur, saat Hasna sedang bermanja-manja dengan abahnya, saya ceritakan ke abahnya kalau Hasna pernah dipukul temannya. Abahnya bertanya ke Hasna apakah rasanya sakit, lalu Hasna jawab ya. Obrolan tidak berlanjut karena Hasna keburu ngantuk dan agak rewel. Obrolan saya, abah dan Hasna masih menggantung. Hmm, sepertinya kami perlu mencari waktu lain yang lebih nyaman bagi kami agar apa yang ingin kami sampaikan kepada satu sama lain bisa tuntas.


Dari pengalaman dialog kami, saya harap Hasna bisa belajar dari apa yang dia alami dan apa yang sebaiknya dia lakukan jika hal itu terulang lagi. Saya ingin dia tumbuh menjadi anak yang penuh rasa cinta kasih tapi juga mampu menjadi berani ketika ada orang yang mengganggunya. Semoga kelak dia tumbuh menjadi anak shalehah yang berakhlak baik, aamiin.

Alhamdulillah….

#hari2
#tantangan10hari
#komunikasiproduktif
#kuliahbunsayiip

Tidak ada komentar:

Posting Komentar