Sudah sejak 3 bulan yang lalu saya memiliki persediaan mie instan dan kopi sachet untuk para pekerja yang sedang bekerja membangun rumah kami. Persediaan mie dan kopi ini disimpan di satu dus agar memudahkan untuk mengambilnya.
Hasna dan Khaira senang sekali memainkan mie dan kopi ini. Kadang mereka bermain pasar-pasaran, ada yang berperan sebagai pembeli dan penjual. Beberapa hari yang lalu saya mencoba bermain dengan mereka. Saya berpura-pura menjadi pembeli dan Hasna yang menjadi penjual.
Saya membeli 3 mie instan dan 2 kopi sachet. Awalnya Hasna agak bingung 'melayani' saya. Tapi setelah saya jelaskan bahwa Hasna harus mengambil 3 mie dari dalam kardus dengan cara menghitungnya dari satu sampai tiga begitu juga dengan kopinya, dia akhirnya mengerti. Alhamdulillah ketika saya ulangi dengan 'pembelian' kedua, Hasna sudah mulai terbiasa.
Khaira saya minta untuk menghitung mie yang ada di dalam kardus. Seperti biasa dia tidak mau memulai dari 'satu' tetapi dia mulai berhitung dari 'dua' dan seterusnya. Khaira pun masih sering tidak berurutan dalam berhitung terkadang ada angka yang hilang, misal dari tiga langsung loncat ke enam, hehehe. Setelah itu, Khaira sudah tidak ingin berhitung lagi. Dia malah asyik membolak-balik mie instan tersebut 😁
#Tantangan10Hari
#Level6
#KuliahBunSayIIP
#ILoveMath
#MathAroundUs
Jumat, 28 Juli 2017
Belajar Mengklasifikasikan Objek Menggunakan Classification Box
Seminggu yang lalu saya membeli mainan edukasi untuk anak-anak secara online. Mainan yang saya beli ini bernama classification box, yang terdiri dari 1 box berbentuk balok, 8 papan kayu bergambar dan 80 kepingan kayu bergambar.
Sesuai namanya, classification box merupakan mainan dimana anak-anak diminta untuk mengklasifikasikan kepingan-kepingan bergambar berdasarkan jenisnya yaitu kendaraan, pakaian, buah-buahan, sayuran, peralatan sehari-hari, hewan, geometri dan angka.
Mengklasifikasikan objek merupakan salah satu kemampuan dasar dalam matematika sehingga kemampuan mengklasifikasikan atau mengelompokkan ini termasuk salah satu kemampuan yang perlu dikembangkan dalam diri anak-anak. Alhamdulillah dari mulai mainan ini sampai hingga hari ini, anak-anak masih excited memainkannya. Semoga saja ini bisa menjadi salah satu sarana bagi anak-anak untuk mengenal dan menyukai matematika 😊
Hasna sudah mulai bisa mengklasifikasikan benda-benda berdasarkan jenisnya dengan baik. Karena ada angka juga, maka saya berinisiatif untuk sekalian mengenalkan simbol bilangan kepada Hasna (misal, angka satu simbolnya 1, angka dua simbolnya 2, dst.). Tapi ternyata Hasna belum tertarik untuk belajar simbol bilangan seperti yang emak mau. Dia masih senang bermain-main saja dengan mainannya tersebut 😂. Yowes, akhirnya emak mengikuti saja, menunggu kesempatan mengenalkan simbol bilangan itu datang lagi di lain waktu (semangaat 💪)
Khaira masih belum mengerti tentang pengklasifikasian sesuatu. Dia baru senang memasukkan kepingan kayu ke dalam box tanpa peduli pengelompokkannya sudah benar atau belum, hehe. Tapi tetap saya bimbing Khaira untuk mengasah kemampuan berhitungnya dengan cara menghitung kepingan-kepingan kayu. Walaupun dia selalu mulai menghitung dari ‘lima’ (bukan ‘satu’) tapi semangatnya untuk berhitung sangat saya hargai 😁
Semangat anak- anak… semangat ambu! 💪
#Tantangan10Hari
#Level6
#KuliahBunSayIIP
#ILoveMath
#MathAroundUs
Minggu, 23 Juli 2017
Mengenal Geometri
Sudah sejak minggu kemarin Hasna merengek minta dibelikan kertas lipat karena melihat sepupunya yang sedang mempersiapkan alat tulis untuk sekolah TK. Dan saya baru membelikannya hari Kamis yang lalu karena baru bisa keluar rumah. Hasna senang sekali dibelikan kertas lipat sampai-sampai kemana-mana selalu dia bawa.
Hasna pun sedang senang melipat, walaupun ketika sedang kesal, kertasnya tidak dilipat tapi ‘dikuwek-kuwek’ sampai membentuk gumpalan tak beraturan, hehehe. Melihat hal tersebut, terpikir oleh saya untuk menperkenalkan bentuk- bentuk geometri seperti persegi, persegi panjang dan segitiga dengan menggunakan kertas lipat.
Jika kertas lipat tidak diapa-apakan, maka bentuknya adalah persegi. Jika kertas lipat tersebut dilipat sama besar, menjadi persegi panjang. Jika dilipat secara diagonal dan sama besar, akan menghasilkan segitiga. Saya fokuskan kepada bentuk dan nama bangunnya bukan kepada bisa atau tidaknya Hasna melipat kertas tersebut. Saya hanya memperlihatkan cara melipat, menunjukkan hasil akhir lipatan dan nama bangunnya.
#Tantangan10hari
#Level6
#KuliahBunSayIIP
#ILoveMath
#MathAroundUs
Sabtu, 22 Juli 2017
Matematika Oh Matematika
Matematika oh Matematika.... Sudah menjadi rahasia umum kalau pelajaran yang satu ini dianggap sebagai pelajaran yang sulit oleh sebagian besar orang termasuk murid-murid sekolah di segala jenjang. Saking sulitnya, saya pernah mempunyai murid yang mengalami psikosomatis (mules, pusing) ketika tiba pelajaran matematika 😆
Saya sendiri, walaupun SMA jurusan IPA dan kuliah jurusan pendidikan kimia yang tidak pernah berpisah dari yang namanya Matematika, kurang menyukai pelajaran Matematika (ups, jadi ketauan). Aneh memang, tapi ini nyata, hehehe. Sehingga saya pun berpikir, kok bisa ya saya tidak suka Matematika? Padahal saya suka ilmu alam yang mana ilmu alam ini selalu bergandengan erat dengan Matematika 😁
Akhirnya saya menemukan setitik pencerahan dari pertanyaan saya tersebut setelah saya menjadi guru. Kemungkinan orang menganggap Matematika itu sulit, menyeramkan dan membuat galau karena Matematika hanya diperkenalkan sebagai pelajaran, sebatas dipelajari di sekolah atau di tempat les saja. Padahal jika dicermati, kita selalu bersentuhan dengan Matematika, setiap hari, setiap saat, setiap waktu. Kalau tidak percaya, setiap saat kita lihat dan membaca waktu melalui jam. Atau menghitung jumlah uang yang harus kita bayarkan ketika berbelanja. Belum lagi ketika berjalan-jalan banyak sekali bentuk geometri yang kita temukan di sekitar kita. See, Math is everywhere! Hanya mungkin karena selama ini pikiran kita terkotakkan bahwa Matematika itu hanya pelajaran, bukan 'tool' yang perlu kita miliki untuk membantu kita dalam kehidupan sehari-hari, maka pikiran kita sudah 'njelimet' dan minder duluan ketika mendengar kata 'Matematika'.
Nah, bagaimana agar anak-anak suka dengan Matematika? Sebelum suka, tentu harus kenal dulu. Betul tidak? Maka sebaiknya anak dikenalkan dulu dengan sesuatu yang berhubungan dengan Matematika. Tidak perlu lah kita kenalkan dengan konsep-konsep yang 'njelimet' dulu. Bisa dimulai dengan yang paling sederhana seperti angka, bentuk-bentuk bangun dasar (geometri) seperti lingkaran, persegi, persegi panjang, segitiga, konsep perbandingan seperti besar-kecil, banyak-sedikit, tinggi-pendek, dan lain-lain. Karena dunia anak adalah dunia bermain, maka hal-hal sederhana ini dapat diperkenalkan saat anak sedang bermain sehingga anak tidak merasa sedang belajar sesuatu padahal sebenarnya Ia sedang mempelajari dasar dari suatu ilmu yang biasanya disebut sebagai 'The Queen of Science'.
Hasna termasuk anak yang belum suka diatur terutama dalam hal jadwal, sama seperti adiknya. Mereka masih senang bermain sekehendak hatinya sehingga emaknya ini harus pintar-pintar melihat peluang kapan pengenalan Matematika dasar bisa dimasukkan ke sela-sela permainannya 😁 Dua hari yang lalu, Hasna membantu saya membereskan uang receh yang akan ditabung ke bank. Uang receh ini adalah hasil menabung Hasna selama sekitar setahun. Karena recehannya sudah rapi, sudah dipisah-pisahkan antara seratusan, lima ratusan dan seribuan serta sudah diikat dengan selotape (trims Abah,sudah membuat semuanya rapi jali 😘), maka saya dan Hasna tinggal menghitung jumlahnya.
Karena Hasna ingin membantu, maka saya minta Hasna untuk menghitung uang lima ratusan. Karena ada belasan kumpulan uang lima ratus, sedangkan Hasna baru bisa menghitung sampai sepuluh, maka saya mulai mengenalkan angka belasan, sampai lima belas. Selain itu, karena terdapat kumpulan uang lima ratusan yang berbeda, ada 1 kumpulan uang lima ratusan berwarna kuning sedangkan sisanya berwarna putih,yang menyebabkan tingginya tidak sama, maka saya perkenalkan juga perbedaan tinggi dan pendek.
Hasna terlihat antusias dan saya perhatikan dia sudah dapat membandingkan sesuatu, mana yang lebih tinggi, mana yang lebih pendek, mana yang memiliki tinggi yang sama. Semoga ke depannya saya bisa tetap memfasilitasi anak-anak untuk mengenal Matematika dengan cara yang menyenangkan 😊
#Tantangan10Hari
#Level6
#KuliahBunSayIIP
#ILoveMath
#MathAroundUs
Saya sendiri, walaupun SMA jurusan IPA dan kuliah jurusan pendidikan kimia yang tidak pernah berpisah dari yang namanya Matematika, kurang menyukai pelajaran Matematika (ups, jadi ketauan). Aneh memang, tapi ini nyata, hehehe. Sehingga saya pun berpikir, kok bisa ya saya tidak suka Matematika? Padahal saya suka ilmu alam yang mana ilmu alam ini selalu bergandengan erat dengan Matematika 😁
Akhirnya saya menemukan setitik pencerahan dari pertanyaan saya tersebut setelah saya menjadi guru. Kemungkinan orang menganggap Matematika itu sulit, menyeramkan dan membuat galau karena Matematika hanya diperkenalkan sebagai pelajaran, sebatas dipelajari di sekolah atau di tempat les saja. Padahal jika dicermati, kita selalu bersentuhan dengan Matematika, setiap hari, setiap saat, setiap waktu. Kalau tidak percaya, setiap saat kita lihat dan membaca waktu melalui jam. Atau menghitung jumlah uang yang harus kita bayarkan ketika berbelanja. Belum lagi ketika berjalan-jalan banyak sekali bentuk geometri yang kita temukan di sekitar kita. See, Math is everywhere! Hanya mungkin karena selama ini pikiran kita terkotakkan bahwa Matematika itu hanya pelajaran, bukan 'tool' yang perlu kita miliki untuk membantu kita dalam kehidupan sehari-hari, maka pikiran kita sudah 'njelimet' dan minder duluan ketika mendengar kata 'Matematika'.
Nah, bagaimana agar anak-anak suka dengan Matematika? Sebelum suka, tentu harus kenal dulu. Betul tidak? Maka sebaiknya anak dikenalkan dulu dengan sesuatu yang berhubungan dengan Matematika. Tidak perlu lah kita kenalkan dengan konsep-konsep yang 'njelimet' dulu. Bisa dimulai dengan yang paling sederhana seperti angka, bentuk-bentuk bangun dasar (geometri) seperti lingkaran, persegi, persegi panjang, segitiga, konsep perbandingan seperti besar-kecil, banyak-sedikit, tinggi-pendek, dan lain-lain. Karena dunia anak adalah dunia bermain, maka hal-hal sederhana ini dapat diperkenalkan saat anak sedang bermain sehingga anak tidak merasa sedang belajar sesuatu padahal sebenarnya Ia sedang mempelajari dasar dari suatu ilmu yang biasanya disebut sebagai 'The Queen of Science'.
Hasna termasuk anak yang belum suka diatur terutama dalam hal jadwal, sama seperti adiknya. Mereka masih senang bermain sekehendak hatinya sehingga emaknya ini harus pintar-pintar melihat peluang kapan pengenalan Matematika dasar bisa dimasukkan ke sela-sela permainannya 😁 Dua hari yang lalu, Hasna membantu saya membereskan uang receh yang akan ditabung ke bank. Uang receh ini adalah hasil menabung Hasna selama sekitar setahun. Karena recehannya sudah rapi, sudah dipisah-pisahkan antara seratusan, lima ratusan dan seribuan serta sudah diikat dengan selotape (trims Abah,sudah membuat semuanya rapi jali 😘), maka saya dan Hasna tinggal menghitung jumlahnya.
Karena Hasna ingin membantu, maka saya minta Hasna untuk menghitung uang lima ratusan. Karena ada belasan kumpulan uang lima ratus, sedangkan Hasna baru bisa menghitung sampai sepuluh, maka saya mulai mengenalkan angka belasan, sampai lima belas. Selain itu, karena terdapat kumpulan uang lima ratusan yang berbeda, ada 1 kumpulan uang lima ratusan berwarna kuning sedangkan sisanya berwarna putih,yang menyebabkan tingginya tidak sama, maka saya perkenalkan juga perbedaan tinggi dan pendek.
Hasna terlihat antusias dan saya perhatikan dia sudah dapat membandingkan sesuatu, mana yang lebih tinggi, mana yang lebih pendek, mana yang memiliki tinggi yang sama. Semoga ke depannya saya bisa tetap memfasilitasi anak-anak untuk mengenal Matematika dengan cara yang menyenangkan 😊
#Tantangan10Hari
#Level6
#KuliahBunSayIIP
#ILoveMath
#MathAroundUs
Sabtu, 15 Juli 2017
Aliran Rasa Game Level 5
Di tantangan game level 5 ini, keluarga kami membuat paus literasi dalam rangka meningkatkan minat baca para anggota keluarga kami. Pembuatan paus literasi nya sendiri kami jadikan mini project dimana semua terlibat dalam pembuatannya. Abah bertugas menggambar dan menebalkan 'Si Paus', ambu menggunting 'Paus' tersebut dan anak-anak bertugas menempelkan 'Si Paus' ke dinding dengan bantuan masking tape.
Saat proses pembuatan, alhamdulillah anak-anak terlihat antusias dalam mengerjakannya. Di awal-awal mengerjakan tantangan ini pun, anak-anak terlihat bersemangat ketika saya ajak untuk membaca (dibacakan) buku. Hasna senang sekali dibacakan sebuah buku berbahasa Inggris yang berjudul "Nine Dragon". Setelah selesai dibacakan, biasanya dia akan mulai berbicara 'Bahasa Inggris' yang hanya dia sendiri yang tahu artinya 😁 Yah, cukup menghibur saya terutama jika sedang penat mengerjakan tugas domestik sehari-hari,hehehe.
Di awal waktu, semangat saya pun masih membara dalam membaca buku. Namun seiring berjalannya waktu, semangat itu meluntur sehingga saya lebih memilih membaca artikel secara online dibandingkan membaca buku. Padahal, saat masih muda dulu (ciyee) saya bisa melalap 1 novel Agatha Christie dalam semalam dan 1 buku Harry Potter (yang kata orang tebalnya aduhai) kurang dari 3 malam. Apa mungkin karena sekarang yang saya baca adalah buku tentang finansial ya, makanya kecepatan membaca saya jadi berkurang? Hehehe.
Pak suami saat ini sedang senang membaca buku tentang pemrograman tapi ya itu, bacanya kalau ada waktu senggang dan waktu senggang itu datangnya tidak setiap hari apalagi kalau porsi beliau menjaga anak-anak bertambah karena saya ada keperluan 😁
Khaira, Si Bungsu yang hampir berusia 2 tahun, sepertinya masih belum mengerti kenapa sih orang-orang di sekitar dia berusaha membaca buku setiap hari. Dia masih senang berjalan kesana kemari saat saya atau abahnya membacakan buku baginya. Tapi dia sudah mulai senang membuka-buka buku, majalah atau koran atau apapun yang ada tulisan atau gambarnya walaupun sebentar dan hanya dilihat-lihat saja gambarnya. Bagi saya, hal itu tidak buruk bagi anak seusia dia.
Kalau dijumlah, dalam 10 ada 8 buku yang sudah saya dan/ suami saya bacakan untuk anak-anak. Sebagian besar buku anak-anak dengan tingkat ketebalan kurang dari 20 halaman dan tiap halamannya dipenuhi gambar dengan beberapa kalimat pendek.
Jika disimpulkan, tingkat literasi keluarga kami masih rendah salah satunya karena kami belum membaca buku setiap hari. Membaca buku masih di hari-hari tertentu saja, belum menjadi budaya misalnya kegiatan membaca sebelum tidur (bed time story). Maka tingkat literasi di keluarga kami masih perlu dibenahi dengan cara diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Membuat jadwal bed time story dimana tugas membaca cerita bisa dibagi antara ambu dan abah.
2. Memantapkan diri (bagi ambu dan abah) untuk berusaha membaca buku, minimalnya satu halaman per hari.
3. Mengubah mindset bahwa "Saya lebih baik dalam membaca novel daripada membaca buku non fiksi karena novel itu lebih menyenangkan" menjadi " Semua buku itu menyenangkan" (sepertinya akan perlu usaha ekstra untuk hal ini, hahay).
Memang tidak mudah meraih dan mempertahankan hal baik yang belum pernah kita raih sebelumnya, tapi bukan berarti tidak mungkin. Dengan ketekunan dan kesabaran insyaAllah hal itu dapat terwujud. Semoga Allah mudahkan, aamiin.
#GameLevel5
#Tantangan10Hari
#KuliahBunSayIIP
#ForThingsToChangeIMustChangeFirst
Saat proses pembuatan, alhamdulillah anak-anak terlihat antusias dalam mengerjakannya. Di awal-awal mengerjakan tantangan ini pun, anak-anak terlihat bersemangat ketika saya ajak untuk membaca (dibacakan) buku. Hasna senang sekali dibacakan sebuah buku berbahasa Inggris yang berjudul "Nine Dragon". Setelah selesai dibacakan, biasanya dia akan mulai berbicara 'Bahasa Inggris' yang hanya dia sendiri yang tahu artinya 😁 Yah, cukup menghibur saya terutama jika sedang penat mengerjakan tugas domestik sehari-hari,hehehe.
Di awal waktu, semangat saya pun masih membara dalam membaca buku. Namun seiring berjalannya waktu, semangat itu meluntur sehingga saya lebih memilih membaca artikel secara online dibandingkan membaca buku. Padahal, saat masih muda dulu (ciyee) saya bisa melalap 1 novel Agatha Christie dalam semalam dan 1 buku Harry Potter (yang kata orang tebalnya aduhai) kurang dari 3 malam. Apa mungkin karena sekarang yang saya baca adalah buku tentang finansial ya, makanya kecepatan membaca saya jadi berkurang? Hehehe.
Pak suami saat ini sedang senang membaca buku tentang pemrograman tapi ya itu, bacanya kalau ada waktu senggang dan waktu senggang itu datangnya tidak setiap hari apalagi kalau porsi beliau menjaga anak-anak bertambah karena saya ada keperluan 😁
Khaira, Si Bungsu yang hampir berusia 2 tahun, sepertinya masih belum mengerti kenapa sih orang-orang di sekitar dia berusaha membaca buku setiap hari. Dia masih senang berjalan kesana kemari saat saya atau abahnya membacakan buku baginya. Tapi dia sudah mulai senang membuka-buka buku, majalah atau koran atau apapun yang ada tulisan atau gambarnya walaupun sebentar dan hanya dilihat-lihat saja gambarnya. Bagi saya, hal itu tidak buruk bagi anak seusia dia.
Kalau dijumlah, dalam 10 ada 8 buku yang sudah saya dan/ suami saya bacakan untuk anak-anak. Sebagian besar buku anak-anak dengan tingkat ketebalan kurang dari 20 halaman dan tiap halamannya dipenuhi gambar dengan beberapa kalimat pendek.
Jika disimpulkan, tingkat literasi keluarga kami masih rendah salah satunya karena kami belum membaca buku setiap hari. Membaca buku masih di hari-hari tertentu saja, belum menjadi budaya misalnya kegiatan membaca sebelum tidur (bed time story). Maka tingkat literasi di keluarga kami masih perlu dibenahi dengan cara diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Membuat jadwal bed time story dimana tugas membaca cerita bisa dibagi antara ambu dan abah.
2. Memantapkan diri (bagi ambu dan abah) untuk berusaha membaca buku, minimalnya satu halaman per hari.
3. Mengubah mindset bahwa "Saya lebih baik dalam membaca novel daripada membaca buku non fiksi karena novel itu lebih menyenangkan" menjadi " Semua buku itu menyenangkan" (sepertinya akan perlu usaha ekstra untuk hal ini, hahay).
Memang tidak mudah meraih dan mempertahankan hal baik yang belum pernah kita raih sebelumnya, tapi bukan berarti tidak mungkin. Dengan ketekunan dan kesabaran insyaAllah hal itu dapat terwujud. Semoga Allah mudahkan, aamiin.
#GameLevel5
#Tantangan10Hari
#KuliahBunSayIIP
#ForThingsToChangeIMustChangeFirst
Langganan:
Postingan (Atom)